New York – Gelombang kepanikan melanda pasar aset digital pada hari Selasa ketika saham American Bitcoin Corp (ABTC), perusahaan penambangan kripto yang dipimpin oleh putra kedua presiden, Eric Trump, mengalami penurunan nilai yang sangat drastis. Dalam sebuah peristiwa yang oleh para pengamat pasar disebut sebagai indikasi kuat dimulainya "musim dingin kripto" atau crypto winter yang baru, saham tersebut kehilangan hampir 40% nilainya hanya dalam kurun waktu kurang dari 30 menit perdagangan. Peristiwa ini tidak hanya mengguncang kepercayaan investor terhadap proyek-proyek kripto yang berafiliasi dengan keluarga Trump, tetapi juga mencerminkan volatilitas ekstrem yang sedang menghantui pasar BTC/USD secara global. Penurunan tajam ini memicu mekanisme penghentian perdagangan otomatis atau circuit breaker berulang kali di bursa, sebuah tanda betapa agresifnya aksi jual yang terjadi.
Saham American Bitcoin Corp, yang diperdagangkan dengan simbol ticker ABTC, dibuka dengan tekanan jual yang masif. Dari harga penutupan sebelumnya di level $2,39, saham ini terperosok $1,90. Penurunan ini sangat kontras dengan performa saham tersebut beberapa bulan sebelumnya. Sebagai catatan, saham ini sempat menyentuh level terendah pada bulan Mei, namun berhasil memulihkan diri dan mencapai puncaknya yang fenomenal di harga $9,31 pada tanggal 9 September. Namun, kejayaan tersebut tampaknya berumur pendek. Dengan harga perdagangan hari ini, nilai saham ABTC telah tergerus hingga 78% dari puncak tertingginya, sebuah statistik yang mencemaskan bagi para pemegang saham ritel yang masuk di harga atas.
Pada penutupan perdagangan hari itu, perusahaan mencatatkan penurunan sebesar 38,8%. Angka persentase ini mungkin terlihat hanya sebagai statistik di atas kertas, namun dampaknya terhadap valuasi perusahaan sangatlah nyata. Sekitar $1 miliar nilai pasar (market cap) lenyap begitu saja dalam satu sesi perdagangan. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa volume perdagangan saham ABTC melonjak hingga hampir 40 kali lipat dari rata-rata harian biasanya. Lonjakan volume yang disertai penurunan harga drastis ini mengindikasikan adanya panic selling atau aksi jual panik dari para investor yang berebut untuk keluar dari posisi mereka di tengah ketidakpastian pasar yang meningkat.
Eric Trump, yang memposisikan dirinya sebagai tokoh sentral dalam operasi penambangan ini, sebelumnya sangat vokal mengenai potensi perusahaan. Bulan lalu, melalui platform media sosial X, ia mengklaim bahwa fasilitas penambang kripto yang berbasis di Texas ini menangani 2% dari total pasokan bitcoin dunia—sebuah klaim yang ambisius dan menempatkan ABTC sebagai pemain utama dalam infrastruktur blockchain global. "Saya benar-benar yakin bahwa kami sedang membangun salah satu perusahaan kripto terhebat di dunia," ujarnya kala itu. Gaya bicaranya yang penuh percaya diri dan retoris ini jelas mengikuti jejak ayahnya, Donald Trump, dalam mempromosikan bisnis keluarga. Namun, realitas pasar pada hari Selasa memberikan tamparan keras terhadap optimisme tersebut.
Reaksi Eric Trump dan Pembelaan di Tengah Badai
Menanggapi jatuhnya harga saham yang begitu tiba-tiba, Eric Trump segera turun ke media sosial untuk menenangkan pasar dan memberikan narasi tandingan. Melalui akun X miliknya, ia berargumen bahwa aksi jual tersebut bukanlah cerminan dari fundamental perusahaan yang buruk, melainkan akibat dari perilaku investor jangka pendek. Menurut Eric, penurunan ini disebabkan oleh investor yang menggunakan opsi saham mereka untuk "mencairkan keuntungan mereka untuk pertama kalinya." Ia menegaskan bahwa inilah alasan mengapa pasar melihat volatilitas yang begitu tinggi. Narasi ini mencoba membingkai kejatuhan harga sebagai aksi ambil untung (profit taking) yang wajar, bukan sebagai tanda bahaya struktural pada perusahaan.
Untuk menunjukkan komitmennya dan meredam ketakutan investor, Eric Trump menambahkan pernyataan yang menegaskan posisinya sebagai pemegang saham jangka panjang. “Saya memegang semua saham ABTC saya - saya 100% berkomitmen untuk memimpin industri ini,” tulisnya. Pernyataan ini dimaksudkan untuk mengirim sinyal "Diamond Hands"—istilah populer di kalangan komunitas kripto untuk investor yang tidak menjual asetnya meskipun harga sedang hancur. Namun, bagi analis independen, komitmen pribadi Eric mungkin tidak cukup untuk menahan gelombang sentimen negatif yang sedang melanda sektor ini secara keseluruhan, terutama mengingat keterkaitan erat antara performa saham penambang dengan harga spot Bitcoin itu sendiri.
Konteks pasar yang lebih luas memang tidak mendukung. Penurunan nilai ABTC yang tiba-tiba terjadi di tengah aksi jual yang meluas di seluruh pasar aset digital. Bitcoin (BTC/USD), sebagai aset acuan utama, telah anjlok lebih dari 30% dari puncaknya yang bersejarah. Data pasar menunjukkan bahwa Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (All-Time High) di $126.272 per koin pada tanggal 6 Oktober. Namun, tren bearish yang kuat telah menyeret harga turun hingga ke level $92.133. Penurunan ini menghapus sebagian besar keuntungan spektakuler yang telah diraih selama setahun terakhir, meninggalkan banyak investor ritel dalam posisi merugi.
Analis di Deutsche Bank memberikan gambaran yang lebih suram mengenai skala kerusakan pasar ini. Dalam laporan yang dirilis pekan lalu, mereka memperkirakan bahwa nilai total sekitar $1 triliun telah lenyap dari pasar kripto global sejak puncak bulan Oktober tersebut. Hilangnya kekayaan dalam jumlah masif ini memicu efek domino, menyeret turun saham-saham perusahaan yang berkorelasi dengan kripto, termasuk bursa pertukaran, perusahaan pemegang aset digital, dan tentu saja, perusahaan penambangan seperti American Bitcoin Corp. Dalam situasi makroekonomi seperti ini, fundamental perusahaan seringkali diabaikan karena investor lebih memilih untuk mengamankan uang tunai (cash is king).
Fondasi Bisnis dan Kinerja Keuangan ABTC
Meskipun terjadi volatilitas harga saham yang ekstrem, American Bitcoin Corp sebenarnya memiliki landasan operasional yang cukup solid jika dilihat dari laporan keuangannya yang terbaru. Perusahaan ini, yang terbentuk dari entitas lain bernama Hut 8 Corp pada awal tahun ini, telah menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba. Berdasarkan laporan Bloomberg, pada bulan November, ABTC melaporkan laba bersih kuartal ketiga sebesar $3,5 juta dengan pendapatan mencapai $64,2 juta. Angka-angka ini menunjukkan bahwa secara operasional, mesin penambangan mereka produktif dan mampu menghasilkan arus kas positif, setidaknya sebelum jatuhnya harga Bitcoin baru-baru ini.
Namun, profitabilitas perusahaan penambangan kripto sangat sensitif terhadap harga aset dasar (Bitcoin) dan biaya energi. Dengan harga Bitcoin yang turun dari level $120.000-an ke $90.000-an, margin keuntungan penambang dipastikan akan tertekan. Pendapatan mereka dalam bentuk Bitcoin kini bernilai lebih rendah dalam dolar AS, sementara biaya operasional—terutama listrik untuk rig penambangan di Texas—tetap konstan atau bahkan meningkat. Inilah yang menjadi kekhawatiran utama para investor institusi yang melepas saham ABTC; mereka mengantisipasi laporan keuangan kuartal berikutnya yang mungkin tidak seindah kuartal ketiga.
Usaha penambangan kripto Eric Trump ini hanyalah satu bagian dari teka-teki bisnis keluarga Trump yang kini semakin merambah ke dunia Web3 dan aset digital. Ekspansi agresif keluarga ini ke dalam sektor kripto dimulai pada tahun 2022 dengan peluncuran serangkaian koleksi NFT (Non-Fungible Token). Koleksi kartu perdagangan digital yang menampilkan Donald Trump dalam berbagai kostum pahlawan super tersebut sukses besar secara komersial, meskipun menuai kritik dari berbagai pihak. Kesuksesan awal ini tampaknya memberikan kepercayaan diri bagi keluarga Trump untuk melangkah lebih jauh ke dalam infrastruktur keuangan terdesentralisasi.
Puncaknya adalah peluncuran perusahaan kripto World Liberty Financial pada tahun 2024 dan pengenalan mata uang kripto yang menyandang nama keluarga mereka, $Trump, pada tahun 2025. Langkah ini menandai transformasi total dari kerajaan bisnis yang sebelumnya berfokus pada real estat dan lapangan golf, menjadi pemain aktif dalam ekonomi digital. Namun, seperti halnya American Bitcoin, usaha-usaha kripto lain yang berafiliasi dengan Donald Trump juga tidak kebal terhadap koreksi pasar saat ini. Token World Liberty Financial (WLFI), misalnya, telah kehilangan nilai yang signifikan, turun dari 26 sen pada awal September menjadi sekitar 16 sen saat berita ini ditulis.
Dampak pada Kekayaan Keluarga dan Konteks Politik
Keterlibatan mendalam dalam dunia kripto ini memiliki implikasi langsung terhadap kekayaan bersih keluarga Trump. Selama fase bull run, kekayaan mereka melonjak drastis berkat valuasi aset-aset digital ini. Bloomberg memperkirakan bahwa pada bulan September, kekayaan keluarga Trump mencapai angka $7,7 miliar. Namun, "musim dingin kripto" yang datang lebih awal ini telah menggerus angka tersebut. Penurunan nilai aset kripto dan saham terkait diperkirakan telah menurunkan kekayaan mereka menjadi $6,7 miliar. Hilangnya $1 miliar kekayaan keluarga dalam waktu singkat menyoroti risiko tinggi yang melekat pada strategi diversifikasi aset ke dalam sektor yang sangat fluktuatif ini.
Di sisi politik, hubungan antara Donald Trump dan industri kripto telah mengalami evolusi yang menarik. Sebagai presiden, Trump telah mengambil langkah-langkah konkret yang sangat mendukung pertumbuhan industri aset digital. Ia telah menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan menetapkan kerangka regulasi yang jelas—sesuatu yang lama didambakan oleh pelaku industri—serta menunjuk pejabat-pejabat yang pro-kripto untuk mengisi posisi strategis di lembaga regulasi keuangan. Sikap ini sangat kontras dengan pandangannya beberapa tahun lalu.
Selama bertahun-tahun sebelumnya, Trump dikenal sebagai skeptis kripto yang keras. Ia pernah secara terbuka menyebut Bitcoin sebagai "bukan uang", "didasarkan pada tipisnya udara", dan bahkan menyebutnya "hanya omong kosong" yang memfasilitasi aktivitas ilegal. Perubahan haluan ini terjadi selama kampanye presidensial keduanya, di mana ia mulai mempertimbangkan kembali kelas aset kontroversial ini sebagai alat untuk menarik basis pemilih baru dan donatur. Strategi ini berhasil, menjadikannya kandidat presiden AS pertama yang secara resmi menerima donasi kampanye dalam bentuk mata uang kripto, sebuah langkah yang kemudian diikuti oleh politisi lainnya.
Namun, sentimen pasar tidak selalu sejalan dengan dukungan politik. Saham perusahaan media sosial Trump, Trump Media & Technology Group (TMTG), juga terkena dampaknya. Perusahaan yang mengoperasikan Truth Social ini mulai mengadopsi strategi perbendaharaan Bitcoin tahun ini, mirip dengan strategi yang dilakukan oleh MicroStrategy. Sayangnya, saham TMTG kini diperdagangkan di sekitar level $11, jauh menurun dari harga $42 yang dicapai pada awal Februari. Penurunan ini mencerminkan skeptisisme pasar terhadap valuasi perusahaan teknologi yang belum membuktikan profitabilitas jangka panjangnya, ditambah dengan tekanan dari pasar kripto yang melemah.
Optimisme di Tengah Ketidakpastian: Peluang atau Jebakan?
Meskipun indikator pasar menunjukkan warna merah menyala, Eric Trump yang kini berusia 41 tahun tampak tidak gentar. Dalam wawancara dengan Bloomberg akhir bulan lalu, ia justru memamerkan optimisme yang tinggi. "Kesempatan beli yang luar biasa," ujarnya, mengacu pada harga-harga aset yang sedang diskon. Filosofi investasinya tampaknya berakar pada keyakinan kontrarian: membeli saat orang lain takut. "Orang-orang yang membeli saat harga sedang turun dan menerima volatilitas akan menjadi pemenang utama. Saya belum pernah seoptimis ini tentang masa depan mata uang kripto dan modernisasi sistem keuangan," tambahnya.
Pandangan Eric ini mewakili satu sisi dari perdebatan sengit di Wall Street saat ini. Di satu sisi, para pendukung kripto (crypto maximalists) melihat penurunan harga sebagai koreksi sehat dalam siklus adopsi jangka panjang, sebuah kesempatan untuk mengakumulasi lebih banyak Bitcoin dan saham penambangan dengan harga murah. Mereka percaya bahwa fundamental teknologi blockchain dan dukungan regulasi dari pemerintahan Trump pada akhirnya akan mendorong harga kembali ke rekor tertinggi baru. Bagi mereka, volatilitas adalah harga tiket masuk untuk potensi keuntungan eksponensial di masa depan.
Di sisi lain, para kritikus dan analis risiko memperingatkan bahwa "musim dingin kripto" kali ini bisa berlangsung lebih lama karena faktor makroekonomi global, suku bunga, dan potensi resesi. Jika harga Bitcoin gagal mempertahankan level dukungan (support) psikologis di $90.000, penurunan lebih lanjut bisa menyeret saham-saham seperti ABTC ke level yang jauh lebih rendah, berpotensi memaksa perusahaan untuk melakukan restrukturisasi atau bahkan menghadapi kebangkrutan jika biaya operasional melebihi pendapatan penambangan dalam jangka waktu yang lama.
Bagi investor ritel, situasi ini menghadirkan dilema. Apakah akan mengikuti seruan optimisme Eric Trump dan "membeli saat harga turun" (buy the dip), atau mendengarkan peringatan analis tentang risiko kerugian lebih lanjut? Yang pasti, jatuhnya saham American Bitcoin Corp sebesar 40% dalam waktu singkat adalah pengingat brutal bahwa dalam dunia kripto, kekayaan bisa tercipta dan musnah dalam hitungan menit. Volatilitas BTC/USD dan saham terkaitnya tetap menjadi pedang bermata dua yang paling tajam di pasar keuangan modern. Apakah ini akhir dari penurunan atau baru permulaan dari musim dingin yang panjang, hanya waktu—dan pergerakan grafik candlestick—yang akan menjawabnya.





Komentar