Market Loading...

BTC/USD: Warisan Kripto Terancam Hilang?


 

Realitas Pahit di Balik Kilau BTC/USD

Pasar mata uang kripto sering kali menjadi berita utama karena volatilitas harganya yang ekstrem, dengan pasangan perdagangan seperti BTC/USD dan ETH/USD yang terus-menerus mencetak rekor baru atau mengalami koreksi tajam. Para investor dan pedagang harian terpaku pada layar, memantau grafik lilin (candlestick) dan indikator teknikal, berharap mendapatkan keuntungan finansial yang mengubah hidup. Namun, di balik hiruk-pikuk perdagangan harian dan akumulasi kekayaan digital ini, terdapat ancaman sunyi yang jarang dibicarakan namun berpotensi menghancurkan nilai kekayaan tersebut dalam jangka panjang: kegagalan perencanaan warisan.



Menurut data terbaru dari Asosiasi Nasional Administrator Properti Tak Berklaim, statistik menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: sekitar 1 dari 7 orang meninggalkan properti yang tidak diklaim saat mereka meninggal dunia. Dalam dunia keuangan tradisional, properti ini mungkin berupa rekening bank yang terlupakan atau polis asuransi lama. Namun, dalam era digital saat ini, "properti tak bertuan" ini semakin banyak berbentuk aset kripto yang terkunci selamanya di dalam blockchain, tidak dapat diakses oleh siapa pun, termasuk ahli waris yang sah.

Meskipun perhatian publik saat ini tersedot oleh penjualan besar-besaran Bitcoin dan Ether yang memengaruhi harga pasar jangka pendek, masalah perencanaan warisan adalah bom waktu jangka panjang. Seiring dengan meningkatnya adopsi global dan kepemilikan aset kripto yang meluas dari investor ritel hingga institusi, risiko hilangnya kekayaan antar-generasi ini akan semakin diperburuk jika tidak ada langkah preventif yang diambil sejak dini oleh para pemilik aset.

Kesenjangan Pengetahuan: Aset Kripto vs. Rencana Warisan Tradisional

Banyak investor kripto yang sangat cerdas dalam menganalisis pasar, namun lalai dalam memperhitungkan aset digital mereka ke dalam rencana warisan yang komprehensif. Masalah utamanya sering kali bukan pada ketiadaan aset, melainkan ketiadaan instruksi. Banyak pemilik kripto tidak memberi tahu ahli waris mereka bahwa mereka memiliki aset tersebut, atau yang lebih fatal, tidak memberikan petunjuk teknis tentang cara mengaksesnya. Berbeda dengan rekening bank yang bisa dilacak melalui identitas hukum, dompet kripto bersifat anonim dan diamankan dengan kriptografi yang tidak bisa ditembus tanpa kunci yang tepat.



Berdasarkan survei dari lembaga terkemuka seperti Gallup dan Pew Research dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan bahwa 14% hingga 17% orang dewasa di Amerika Serikat telah memiliki atau pernah menggunakan mata uang kripto. Angka ini mencerminkan jutaan orang dan miliaran dolar nilai aset. Jika kita mengasumsikan pola yang sama terjadi secara global, maka potensi dana yang "hilang" akibat kematian pemiliknya menjadi kekhawatiran yang semakin meningkat dan mendesak untuk diselesaikan.

Azriel Baer, seorang mitra di kelompok perencanaan dan administrasi warisan di firma hukum Farrell Fritz, menyoroti fenomena ini dengan tajam. Ia menyatakan bahwa meninggalkan properti fisik atau reksa dana dalam surat wasiat adalah praktik yang sudah jelas dan umum dilakukan. Namun, dengan semakin banyaknya porsi kekayaan seseorang yang ditempatkan dalam bentuk mata uang kripto, sebagian besar aset warisan kini terancam hilang begitu saja. Tanpa perencanaan yang spesifik untuk aset digital, kekayaan yang susah payah dikumpulkan bisa menguap menjadi deretan kode biner yang tidak berguna.

Peran ETF Kripto: Solusi Parsial untuk Masalah Kompleks

Industri keuangan telah mencoba menjembatani kesenjangan ini melalui instrumen investasi yang lebih tradisional. Masalah kerumitan penyimpanan aset ini dapat diatasi, sebagian, oleh kehadiran Exchange Traded Funds (ETF) kripto. Instrumen ini semakin populer di kalangan investor arus utama sejak gelombang pertama ETF Bitcoin spot disetujui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada awal tahun 2024. Produk seperti iShares Bitcoin Trust (IBIT) telah membuka pintu bagi investor institusional dan ritel yang ingin terpapar harga Bitcoin tanpa pusing memikirkan penyimpanan kunci pribadi.



Tren ini kemudian diikuti beberapa bulan setelahnya oleh persetujuan ETF harga spot untuk Ethereum, seperti Fidelity Ethereum Fund ETF (FETH). Keberadaan ETF ini memungkinkan investor mengakses kelas aset kripto melalui akun pialang saham biasa. Dalam konteks warisan, ini sangat memudahkan karena aset tersebut diperlakukan sama seperti saham atau obligasi biasa. Ahli waris tidak perlu tahu cara menggunakan dompet perangkat keras (hardware wallet) atau menghafal frasa benih (seed phrase); mereka hanya perlu mengurus administrasi akun sekuritas almarhum.

Namun, ETF tidak menyelesaikan masalah bagi para puristan kripto atau mereka yang memegang aset di dompet pribadi (self-custody). Masih banyak investor yang memegang prinsip "not your keys, not your coins" dan menyimpan aset mereka secara mandiri. Bagi kelompok ini, kesalahan perencanaan warisan masih sangat umum terjadi. Menyadari risiko ini adalah langkah pertama untuk menghindari bencana finansial bagi keluarga yang ditinggalkan. Ada beberapa masalah krusial yang perlu segera diidentifikasi dan diatasi oleh setiap pemegang aset kripto.

Kelemahan Surat Wasiat Konvensional terhadap Aset Digital

Salah satu kesalahan terbesar adalah asumsi bahwa surat wasiat standar sudah cukup. Kenyataannya, surat wasiat—jika memang ada—seringkali tidak memuat bahasa atau klausul yang spesifik mengenai aset digital. Menurut survei dari Caring.com, angka kepedulian terhadap perencanaan warisan masih sangat rendah; hanya 24% orang Amerika yang memiliki surat wasiat yang menjelaskan secara rinci bagaimana mereka ingin uang dan harta mereka dikelola setelah kematian.



Masalahnya bertambah pelik ketika kita melihat fakta bahwa bahkan orang yang sudah memiliki surat wasiat pun jarang memperbaruinya. Hampir satu dari empat orang Amerika mengatakan mereka belum pernah menyentuh atau merevisi surat wasiat mereka sejak dokumen aslinya dibuat. Padahal, kehidupan finansial seseorang berubah dinamis, terutama jika melibatkan aset volatil dan teknologi baru seperti mata uang kripto.

Surat wasiat lama yang dibuat 10 atau 15 tahun lalu hampir pasti tidak mencakup ketentuan mengenai Bitcoin atau Ethereum, karena aset-aset ini mungkin belum ada atau belum dimiliki saat dokumen dibuat. Tanpa klausul khusus, surat wasiat tersebut mungkin tidak lagi mencerminkan keinginan pemilik saat ini. Lebih buruk lagi, dalam konteks hukum, ketiadaan penyebutan aset digital berarti tidak ada wewenang hukum yang jelas bagi wali amanat atau pelaksana wasiat untuk mengakses akun-akun tersebut.

Patrick D. Owens, pemegang saham di Buchalter dan anggota tim praktik pajak serta perencanaan warisan, menegaskan bahwa sangat umum bagi orang untuk lalai memperbarui dokumen mereka selama beberapa dekade. "Jika itu yang terjadi, Anda tertinggal," ujarnya. Konsekuensi dari kelalaian ini bukan hanya masalah administratif, tetapi masalah aksesibilitas hukum yang nyata.

Tanpa adanya ketentuan eksplisit tentang aset digital dalam dokumen hukum, ahli waris Anda mungkin harus menempuh jalur hukum yang panjang dan mahal. Mereka terpaksa pergi ke pengadilan hanya untuk mendapatkan wewenang bagi pelaksana warisan agar diizinkan mengakses laptop, ponsel, atau akun pertukaran kripto milik almarhum. Meskipun kemungkinan besar pengadilan akan memberikan akses tersebut pada akhirnya, Owens mencatat bahwa proses itu sangat merepotkan. "Tentu saja, itu berarti waktu dan uang yang harus dihabiskan di pengadilan," yang pada akhirnya menggerus nilai warisan itu sendiri.

Jebakan Pengadilan dan Volatilitas Pasar

Bahkan jika Anda memiliki surat wasiat yang menyebutkan aset kripto, masih ada bahaya lain yang mengintai: proses pengesahan hakim atau probate. Surat wasiat standar memang cocok untuk banyak orang, tetapi banyak pengacara kekayaan menyarankan klien dengan aset kripto untuk menggunakan instrumen yang lebih canggih, seperti perwalian hidup yang dapat dibatalkan (revocable living trust).



Pembuatan surat wasiat memang relatif lebih murah di awal, tetapi perwalian hidup menawarkan keunggulan yang tidak bisa dinilai dengan uang: privasi dan kecepatan. Surat wasiat harus melalui proses pengesahan di pengadilan yang bersifat publik dan memakan waktu. Azriel Baer sangat menyarankan kliennya untuk mentransfer kepemilikan aset kripto mereka ke dalam trust hidup yang dapat dibatalkan. Mengapa? Agar wali amanat memiliki akses hukum langsung segera setelah kematian pemiliknya, tanpa jeda birokrasi.

Proses pengesahan surat wasiat di pengadilan bisa memakan waktu enam hingga delapan bulan, atau bahkan bertahun-tahun jika ada sengketa. Dalam dunia keuangan tradisional yang stabil, waktu enam bulan mungkin tidak masalah. Namun dalam dunia kripto di mana harga BTC/USD bisa berayun 20-30% dalam seminggu, waktu adalah uang—dalam arti yang sangat harfiah. Bayangkan jika pasar mengalami kehancuran (crash) setelah kematian pemilik, ahli waris tidak memiliki wewenang untuk menjual aset tersebut guna menyelamatkan nilai karena masih tersangkut proses pengadilan.

"Misalnya, jika harga aset kripto turun drastis, mereka harus menunggu untuk menjualnya jika harta warisan tersangkut dalam proses pengesahan surat wasiat," jelas Baer. Dengan menempatkan aset ke dalam trust, ahli waris dapat menghindari birokrasi ini sepenuhnya. Secara umum, strategi ini melibatkan pembuatan "surat wasiat pour-over", yang berfungsi sebagai jaring pengaman untuk mentransfer aset apa pun yang lupa dimasukkan ke dalam trust saat pemilik masih hidup, untuk kemudian didistribusikan sesuai aturan trust tersebut.

Pentingnya Edukasi Teknis bagi Ahli Waris

Aspek hukum hanyalah satu sisi mata uang; sisi lainnya adalah akses teknis. Tidak membagikan informasi kripto dasar dapat merugikan jutaan dolar. Anda tidak perlu memamerkan berapa banyak Bitcoin yang Anda miliki kepada keluarga saat Anda masih hidup jika Anda menginginkan privasi, tetapi Anda mutlak harus memastikan mereka tahu cara mengaksesnya jika terjadi sesuatu pada Anda.



Baer menceritakan pengalaman mengerikan bekerja di sebuah kasus warisan di mana puluhan juta dolar dalam bentuk kripto hilang selamanya. Uang itu tidak dicuri, melainkan terkunci secara kriptografis karena ahli waris tidak mengetahui kunci pribadi (private key) almarhum. Kunci pribadi ini berfungsi sebagai kata sandi digital mutlak; tanpanya, tidak ada entitas di dunia ini—termasuk pembuat blockchain itu sendiri—yang bisa memulihkan dana tersebut.

Seseorang yang Anda percaya harus tahu cara mengakses aset tersebut. Instruksi ini bisa berupa dokumen tertulis yang disimpan di brankas bank, brankas tahan api di rumah, atau arahan tertutup yang disimpan oleh pengacara Anda. Saat ini juga tersedia berbagai layanan pewarisan kripto (crypto inheritance services) yang dirancang khusus untuk memastikan transisi aset yang mulus. Namun, Baer memberikan peringatan keras: Jangan pernah mencantumkan kunci pribadi atau frasa benih (seed phrase) di dalam surat wasiat itu sendiri. Ingat, surat wasiat menjadi dokumen publik setelah masuk proses pengesahan. Menuliskan kunci di sana sama dengan mengundang pencuri untuk mengambil harta warisan Anda secara legal.

Masalah Kompetensi Wali Amanat: Kasus "Paman Bob"

Memilih orang yang tepat untuk mengelola warisan Anda adalah keputusan krusial. Orang yang Anda pilih untuk menjadi eksekutor aset konvensional (rumah, mobil) mungkin bukan orang yang tepat untuk menangani portofolio kripto yang rumit. Tidak semua orang memiliki literasi digital yang cukup untuk memahami mekanisme dompet dingin (cold wallet), otentikasi dua faktor, atau cara mentransfer aset antar-blockchain.



Ketidaktahuan ini bisa berakibat fatal. "Tidak semua orang memahami kripto, volatilitas yang terkait, atau cara bertransaksi dengan mata uang digital," kata Baer. Salah langkah sedikit saja, seperti mengirim token ke alamat jaringan yang salah, bisa menyebabkan uang hilang selamanya (permanent loss). Volatilitas harga Bitcoin baru-baru ini menjadi pengingat bahwa kecepatan eksekusi itu penting. Jika Anda menunjuk seseorang yang butuh waktu berminggu-minggu hanya untuk belajar cara login ke Coinbase atau Binance, kerugian finansial akibat fluktuasi harga bisa sangat signifikan.

Baer mengilustrasikan ini dengan sosok fiktif "Paman Bob". Mungkin Paman Bob adalah orang yang jujur, hebat, dan dapat dipercaya, tetapi ia mungkin menghadapi tantangan luar biasa saat harus bertransaksi dengan kelas aset yang sama sekali asing baginya. Memilih eksekutor yang gaptek (gagap teknologi) untuk mengurus aset kripto adalah resep bencana.

Bahkan wali amanat profesional atau institusional pun sering kali angkat tangan. Owens berbagi cerita tentang kliennya yang meninggal dengan meninggalkan setengah juta dolar dalam bentuk Bitcoin dan Ether. Wali amanat institusional (seperti bank atau firma manajemen aset) yang seharusnya mengawasi akun tersebut menolak mengambil tanggung jawab atas kripto karena risikonya yang tinggi. Akibatnya, wali amanat khusus harus ditunjuk, yang memakan waktu dan biaya tambahan. Untungnya, dalam kasus tersebut ada keponakan yang paham teknologi yang bisa mengambil alih, namun mencari pengganti yang kompeten sering kali sulit dan mahal.

Pajak Warisan: Ancaman yang Sering Terlupakan

Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, adalah implikasi pajak. Dengan ledakan nilai mata uang kripto dalam satu dekade terakhir, banyak investor awal yang kini duduk di atas gunungan kekayaan yang belum direalisasikan. Aset dalam jumlah besar ini dapat dikenakan pajak yang signifikan, baik pajak penghasilan (capital gains) maupun pajak warisan (estate tax).



Jonathan Forster, pemegang saham di firma hukum Weinstock Manion, memperingatkan bahwa kegagalan dalam merencanakan pajak dapat sangat merugikan keluarga yang ditinggalkan. "Mungkin ada pajak warisan yang harus dibayar, tergantung pada besarnya harta warisan," ujarnya. Sebagai gambaran, pembebasan pajak warisan federal AS untuk tahun 2025 diproyeksikan sekitar $13,99 juta per individu. Namun, angka ini bisa cepat terlampaui jika Bitcoin kembali meroket. Selain itu, beberapa negara bagian atau yurisdiksi memiliki aturan pajak warisan tersendiri yang ambangnya jauh lebih rendah.

Mengetahui dampak kepemilikan kripto terhadap total nilai harta warisan adalah pertimbangan vital. Forster menceritakan tentang klien "paus" (whale) yang memiliki aset kripto senilai lebih dari $50 juta. Untuk menghindari beban pajak yang mencekik ahli waris, mereka menyusun strategi canggih: mendirikan perseroan terbatas (LLC), mentransfer aset kripto ke dalam LLC tersebut, dan kemudian menghibahkan sebagian kepemilikan LLC kepada perwalian yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable trust) untuk anak-anak mereka.

Selain itu, masalah pelacakan "basis biaya" (cost basis)—yaitu harga asli saat aset dibeli—sering diabaikan. Jika Anda memberikan aset kripto sebagai hadiah saat masih hidup atau mewariskannya, penerima perlu mengetahui basis biaya tersebut untuk perhitungan pajak saat mereka menjualnya nanti. Tanpa catatan yang rapi tentang kapan dan berapa harga beli Bitcoin Anda, ahli waris mungkin akan dikenakan pajak yang jauh lebih tinggi dari yang seharusnya. "Melacak basis biaya memang sulit, tetapi itu penting," pungkas Baer.

Pada akhirnya, memiliki Bitcoin atau Ethereum bukan hanya tentang memegang aset untuk masa depan, tetapi juga memastikan masa depan itu bisa dinikmati oleh orang-orang yang Anda cintai. Tanpa perencanaan yang matang, kekayaan digital Anda mungkin hanya akan menjadi legenda yang terkunci selamanya di blockchain.

Jangan Ketinggalan Sinyal & Update!

Gabung dengan komunitas kami untuk mendapatkan analisa teknikal harian, berita crypto terbaru, dan peluang airdrop langsung ke HP kamu.

Tulis Komentar

Komentar

Tutup Iklan [x]