Desember sering kali dianggap sebagai bulan yang penuh keajaiban, bukan hanya bagi mereka yang merayakan liburan akhir tahun, tetapi juga bagi para pelaku pasar keuangan. Di pasar saham tradisional, fenomena ini dikenal sebagai "Santa Claus Rally", di mana harga saham cenderung naik pada minggu terakhir bulan Desember hingga hari-hari pertama bulan Januari. Namun, apakah fenomena serupa juga terjadi di pasar mata uang kripto yang terkenal dengan volatilitasnya yang ekstrem?
Berdasarkan analisis data historis yang komprehensif dari tahun 2019 hingga 2024, pasar aset digital menunjukkan pola yang sangat menarik dan layak untuk dicermati oleh para trader maupun investor jangka panjang. Terdapat kecenderungan kuat bahwa aset-aset kripto utama mencetak reli atau kenaikan harga yang signifikan menjelang dan tepat setelah perayaan Natal. Namun, ada satu catatan penting yang tidak boleh diabaikan: kenaikan ini tidak terjadi secara acak, melainkan sangat bergantung pada siklus pasar yang sedang berlangsung.
Data pasar menyoroti tiga aset kripto utama—Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Litecoin (LTC)—sebagai aset yang paling konsisten mencatatkan kinerja positif pada periode Desember. Ketiga koin ini, yang merupakan pilar utama dalam ekosistem kripto, menunjukkan ketahanan dan momentum beli yang kuat di akhir tahun, terutama ketika kondisi makroekonomi mendukung. Pola ini memberikan wawasan berharga bagi mereka yang ingin mengatur strategi entry atau exit di penghujung tahun.
Fakta menarik lainnya adalah pergerakan harga ini cenderung lebih eksplosif pada minggu setelah Natal dibandingkan minggu-minggu sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh menipisnya volume perdagangan institusional saat liburan, yang memungkinkan pergerakan harga menjadi lebih fluktuatif namun terarah ke atas jika sentimen pasar sedang positif. Mari kita bedah lebih dalam bagaimana performa historis ketiga aset raksasa ini dalam lima tahun terakhir.
1. Bitcoin: Kenaikan Terbesar Terjadi Saat Siklus Bull
Bitcoin, sebagai pemimpin pasar dan aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, selalu menjadi indikator utama bagi kesehatan pasar secara keseluruhan. Pola musiman Bitcoin di bulan Desember adalah yang paling jelas dan paling mudah diamati dibandingkan aset lainnya. Berdasarkan data historis, Bitcoin hampir selalu mencatatkan kenaikan harga pada tahun-tahun di mana likuiditas pasar global membaik dan sentimen investor berada dalam mode optimis.
Rekam jejak yang paling fenomenal terjadi pada Desember 2020. Pada saat itu, Bitcoin mencetak bulan Desember terkuatnya dalam sejarah modern, dengan lonjakan harga sekitar 48%. Harga bergerak drastis dari kisaran US$19.700 hingga menembus US$29.000. Kenaikan ini didorong oleh narasi "halving" yang terjadi awal tahun tersebut serta masuknya investasi institusional besar-besaran. Ini adalah bukti nyata bahwa ketika pasar berada dalam fase bull run, Desember bisa menjadi bulan yang sangat menguntungkan bagi pemegang BTC.
Tidak berhenti di situ, pada Desember 2023, Bitcoin kembali menunjukkan taringnya dengan penguatan sekitar 12%. Kenaikan ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap persetujuan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin Spot di Amerika Serikat. Harapan akan adopsi massal melalui instrumen keuangan tradisional ini memicu aksi beli yang signifikan menjelang penutupan tahun, membuktikan bahwa sentimen berita positif di akhir tahun dapat menjadi katalis yang kuat.
Namun, investor harus tetap waspada dan realistis. Pola kenaikan ini tidak muncul secara otomatis setiap tahun. Data menunjukkan bahwa saat pasar berada dalam fase pengetatan moneter atau tekanan makroekonomi yang berat, "Santa Rally" bisa gagal terwujud. Sebagai contoh, BTC sempat turun 5% pada 2019, kemudian jatuh cukup dalam sebesar 19% pada 2021 saat puncak siklus bull berakhir, serta mengalami koreksi sekitar 4% pada 2022 akibat dampak runtuhnya bursa FTX, dan koreksi tipis 3% pada 2024.
Dari data tersebut, kita dapat menarik benang merah yang sangat krusial: Bitcoin hanya melakukan rally kuat saat pasar berada di fase bull atau tahap pemulihan awal (early recovery). Sebaliknya, ketika pasar berada di akhir siklus atau dalam cengkeraman bear market, Desember justru bisa menjadi bulan konsolidasi atau koreksi. Oleh karena itu, mengenali di mana posisi kita dalam siklus pasar adalah kunci utama sebelum mengharapkan reli Natal.
2. Ethereum: Mengikuti Arah Bitcoin, Dengan Lonjakan di 2020 dan 2023
Sebagai aset kripto terbesar kedua, Ethereum (ETH) memiliki korelasi yang sangat erat dengan pergerakan Bitcoin. Namun, Ethereum sering kali memiliki dinamika tersendiri karena ekosistemnya yang luas, mencakup Smart Contracts, DeFi, dan NFT. Pola Desember untuk Ethereum memperlihatkan kemiripan yang mencolok dengan Bitcoin, di mana aset ini cenderung berkinerja sangat baik ketika sentimen risiko (risk-on) sedang mendominasi pasar global.
Melihat kembali ke belakang, Desember 2020 adalah momen kejayaan bagi Ethereum, selaras dengan lonjakan Bitcoin. Pada periode tersebut, ETH berhasil naik sekitar 21%. Kenaikan ini tidak hanya didorong oleh naiknya harga BTC, tetapi juga oleh dimulainya fase awal dari DeFi Summer dan peningkatan aktivitas jaringan yang masif. Para investor mulai mengakumulasi ETH sebagai "bahan bakar" untuk berinteraksi dengan berbagai aplikasi terdesentralisasi yang mulai bermunculan.
Pola positif ini berulang pada Desember 2023, di mana ETH kembali mencatatkan kenaikan sebesar 11%. Pemulihan pasar secara umum serta peningkatan aktivitas jaringan pasca-pembaruan teknologi (upgrade) menjadi pendorong utama. Hal ini menunjukkan bahwa fundamental jaringan yang kuat, dikombinasikan dengan sentimen pasar yang positif, adalah resep sempurna untuk kenaikan harga ETH di akhir tahun.
Namun, seperti halnya Bitcoin, Ethereum tidak kebal terhadap tren bearish. Pada tahun-tahun di mana pasar mengalami tekanan jual yang hebat, ETH justru tertekan cukup dalam. Tercatat ETH turun 15% pada 2019, kemudian anjlok 20% pada 2021 saat aksi profit taking massal terjadi, dan mengalami koreksi sekitar 8% pada 2022 serta 8% pada 2024. Penurunan ini sering kali lebih tajam daripada Bitcoin karena sifat volatilitas altcoin yang lebih tinggi.
Kesimpulannya bagi para trader Ethereum adalah: ETH cenderung mengikuti siklus risiko pasar dengan setia. Ketika likuiditas global longgar (uang mudah didapat) dan optimisme investor meningkat, Desember menjadi bulan yang sangat kuat bagi ETH. Namun, jika kondisi makroekonomi sedang ketat, ETH berisiko mengalami koreksi. Strategi terbaik adalah memantau pergerakan Bitcoin sebagai indikator utama sebelum mengambil posisi besar di Ethereum menjelang Natal.
3. Litecoin: Aset High-Beta yang Sering Melonjak Paling Kencang
Litecoin (LTC), yang sering disebut sebagai perak digital jika Bitcoin adalah emas digital, memiliki karakteristik unik dalam pola perdagangan akhir tahun. Litecoin dikenal sebagai aset "High-Beta", yang berarti ia sangat sensitif terhadap mood atau sentimen pasar. Ketika pasar sedang bullish, Litecoin sering kali melonjak lebih tinggi dan lebih cepat daripada pasar secara umum, namun ketika pasar jatuh, ia juga bisa jatuh lebih dalam.
Bukti sifat eksplosif Litecoin terlihat jelas pada Desember 2020. Sementara Bitcoin naik 48% dan Ethereum 21%, Litecoin secara mengejutkan melonjak hingga 42%. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi breakout harga Bitcoin serta momentum adopsi pembayaran, seperti berita integrasi Litecoin ke dalam layanan PayPal yang menjadi headline besar kala itu. Ini menjadikan LTC salah satu penampil terbaik di antara koin-koin major pada musim liburan tersebut.
Meskipun memiliki potensi keuntungan yang besar, volatilitas Litecoin juga jauh lebih ekstrem. Bagi investor yang tidak siap mental, pergerakan LTC bisa sangat menakutkan. LTC sempat terkoreksi 13% pada 2019, dan mengalami penurunan tajam hampir 30% pada 2021—jauh lebih dalam dibandingkan penurunan Bitcoin pada periode yang sama. Selain itu, LTC juga turun 12% pada 2022 saat musim dingin kripto melanda.
Namun, data terbaru menunjukkan bahwa Litecoin masih memiliki daya tarik. Rally tetap muncul di fase pemulihan, dengan LTC naik sekitar 5% pada 2023 dan diperkirakan naik 7% pada 2024. Angka-angka ini, meskipun tidak setinggi tahun 2020, menunjukkan bahwa Litecoin masih mendapat dorongan ketika pasar berada dalam mode risk-on menjelang akhir tahun. Litecoin sering menjadi pilihan bagi trader spekulatif yang mencari keuntungan jangka pendek memanfaatkan volatilitas akhir tahun.
Penting untuk dicatat bahwa likuiditas Litecoin mungkin tidak sedalam Bitcoin atau Ethereum, sehingga pergerakan harganya bisa lebih mudah dipengaruhi oleh pesanan pasar yang besar (whales). Bagi trader yang mengincar volatilitas tinggi dan berani mengambil risiko lebih besar demi potensi return yang lebih tinggi, Litecoin adalah aset yang wajib dipantau saat kalender mendekati tanggal 25 Desember.
Kesimpulan: Strategi Menghadapi Pasar Akhir Tahun
Setelah membedah data selama enam tahun terakhir (2019–2024), kita dapat melihat sebuah pola yang cukup konsisten dan dapat dijadikan landasan strategi. Rally Natal atau "Santa Claus Rally" bukanlah mitos semata di dunia kripto, namun kemunculannya sangat bersyarat. Rally ini lebih mungkin terjadi dan meledak ketika pasar secara keseluruhan sedang berada dalam fase bull (penguatan) atau fase pemulihan, bukan ketika tekanan makroekonomi atau resesi sedang mendominasi narasi global.
Tiga aset yang kita bahas—Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin—memiliki rekam jejak paling kuat dalam mencetak kenaikan di bulan Desember. Secara khusus, minggu setelah Natal sering kali menjadi periode di mana momentum beli memuncak, mungkin karena para pelaku pasar memposisikan ulang portofolio mereka menyambut tahun baru.
Komentar