Market Loading...

Strategy Borong 10.624 Bitcoin Senilai Rp16 T

 


Strategy Borong 10.624 Bitcoin Senilai Rp16 Triliun: Analisis Mendalam Aksi "Paus" Terbesar di Akhir 2025

Jakarta – Raksasa investasi aset digital yang sebelumnya dikenal sebagai MicroStrategy, kini beroperasi di bawah entitas "Strategy", kembali mengguncang pasar kripto global. Dalam sebuah langkah berani yang menegaskan posisi dominannya sebagai pemegang Bitcoin korporat terbesar di dunia, perusahaan ini mengumumkan akuisisi masif sebanyak 10.624 Bitcoin (BTC). Aksi ini menelan biaya investasi sebesar US$963 juta atau setara dengan Rp16 triliun (asumsi kurs Rp16.600/US$). Langkah ini tidak hanya menandai pembelian terbesar perusahaan dalam lebih dari 100 hari terakhir, tetapi juga menjadi sinyal kuat bagi para investor ritel dan institusi mengenai keyakinan jangka panjang perusahaan terhadap aset kripto paling berharga di dunia ini, meskipun pasar sedang mengalami volatilitas harga yang signifikan di penghujung tahun 2025.

Pengumuman resmi yang dirilis pada Senin (8/12/2025) mengungkapkan detail transaksi yang mencengangkan. Pembelian tersebut dieksekusi dengan harga rata-rata US$90.615 per Bitcoin. Angka ini menarik perhatian analis karena berada di bawah level tertinggi sepanjang masa (ATH) yang sempat disentuh Bitcoin pada pertengahan tahun. Dengan tambahan portofolio ini, total kepemilikan Bitcoin Strategy kini membengkak menjadi 660.624 BTC. Jika dikalkulasikan dengan harga pasar saat ini, tumpukan "emas digital" milik perusahaan tersebut bernilai sekitar US$59,8 miliar atau setara dengan angka fantastis Rp998 triliun. Valuasi ini bahkan melampaui cadangan devisa beberapa negara kecil, menempatkan Strategy dalam liga tersendiri sebagai entitas publik dengan eksposur Bitcoin paling agresif di muka bumi.

Michael Saylor, sosok visioner di balik transformasi perusahaan dari firma perangkat lunak menjadi raksasa perbendaharaan Bitcoin, segera mengonfirmasi aksi korporasi tersebut melalui platform media sosial X. Dalam cuitannya, Saylor menekankan performa imbal hasil perusahaan yang impresif. "Strategy has acquired 10,624 BTC for ~$962.7 million at ~$90,615 per bitcoin and has achieved BTC Yield of 24.7% YTD 2025. As of 12/7/2025, we hodl 660,624 $BTC acquired for ~$49.35 billion at ~$74,696 per bitcoin," tulisnya. Data ini menunjukkan bahwa meskipun membeli di harga US$90.000-an, harga rata-rata pembelian (average cost basis) seluruh portofolio Strategy masih sangat terjaga di level US$74.696, memberikan margin keamanan yang tebal bagi perusahaan.

Langkah agresif ini terjadi di tengah kondisi pasar yang mixed. Bitcoin saat ini diperdagangkan di kisaran US$90.000, sebuah level yang dianggap sebagai *support* psikologis kuat setelah koreksi dari level tertingginya. Bagi para pengamat pasar, pembelian Strategy kali ini dilihat sebagai upaya "buy the dip" atau membeli saat harga terkoreksi, sekaligus strategi *Dollar Cost Averaging* (DCA) dalam skala institusional yang masif. Keputusan untuk menggelontorkan hampir US$1 miliar dalam satu pekan perdagangan menunjukkan bahwa manajemen Strategy melihat adanya diskon harga yang signifikan dibandingkan dengan nilai intrinsik jangka panjang yang mereka proyeksikan untuk Bitcoin.


Mekanisme Pendanaan: Rekayasa Finansial di Balik Pembelian Jumbo

Salah satu aspek paling menarik dari strategi akumulasi Strategy bukanlah hanya pada "apa" yang mereka beli, melainkan "bagaimana" mereka membiayainya. Untuk mendanai pembelian senilai Rp16 triliun ini, Strategy kembali menggunakan serangkaian instrumen keuangan yang canggih, memanfaatkan pasar modal untuk memperbesar eksposur mereka terhadap aset digital. Perusahaan tidak semata-mata menggunakan kas internal, melainkan terus menerbitkan instrumen utang dan ekuitas yang dirancang khusus untuk menyerap likuiditas pasar fiat dan mengonversinya menjadi Bitcoin.

Dalam pengumuman terbarunya, penerbitan saham umum (common stock) kembali menjadi sumber pendanaan utama atau "bensin" bagi mesin akumulasi mereka. Namun, yang lebih menarik adalah diversifikasi instrumen pendanaan yang mereka lakukan sepanjang tahun 2025. Sebelumnya, aksi pembelian besar terjadi setelah perusahaan berhasil menutup penawaran seri STRC senilai US$2,5 miliar. STRC merupakan salah satu seri saham preferen berdividen yang dirilis perusahaan, yang tercatat sebagai salah satu penggalangan dana terbesar yang terkait dengan ekosistem kripto di pasar ekuitas pada saat itu. Keberhasilan penawaran ini membuktikan bahwa selera investor institusi terhadap produk turunan Bitcoin yang menawarkan imbal hasil tetap (dividen) masih sangat tinggi.

Selain STRC, Strategy juga memperkenalkan instrumen baru berkode STRD. Dalam putaran pendanaan terbaru, mereka menawarkan STRD senilai US$44 juta. Ini adalah instrumen saham preferen dengan fitur dividen tunai non-kumulatif sebesar 10 persen per tahun. Tingkat dividen yang tinggi ini sengaja dirancang untuk menarik investor yang mencari cash flow (arus kas) di tengah ketidakpastian ekonomi makro, sementara pokok dananya digunakan oleh Strategy untuk membeli aset yang tidak menghasilkan arus kas (Bitcoin), namun memiliki potensi apresiasi modal yang eksponensial. Ini adalah bentuk arbitrase finansial yang berisiko namun sejauh ini terbukti sangat menguntungkan bagi pemegang saham Strategy.

Kombinasi antara penerbitan saham biasa, obligasi konversi (convertible notes), dan saham preferen (STRC, STRD) memungkinkan Strategy untuk terus mengakumulasi Bitcoin tanpa harus membebani neraca keuangan dengan utang bank tradisional yang memiliki bunga tinggi atau persyaratan agunan yang ketat. Michael Saylor secara efektif mengubah perusahaan publik ini menjadi sebuah Special Purpose Vehicle (SPV) untuk Bitcoin, namun dengan kemampuan aktif untuk melakukan leverage (daya ungkit) melalui pasar modal Amerika Serikat. Strategi ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan "BTC Yield" atau imbal hasil Bitcoin per saham, yang menjadi metrik utama keberhasilan perusahaan.


Analisis Pasar: Mengapa Membeli Saat Harga US$90.000?

Keputusan untuk membeli Bitcoin di harga rata-rata US$90.615 memicu perdebatan di kalangan analis teknikal dan fundamental. Skala pembelian terbaru ini jauh lebih besar dibandingkan transaksi Strategy dalam beberapa bulan terakhir, bahkan jumlah yang dibeli pada pekan lalu setara dengan seluruh akumulasi yang dilakukan sejak pertengahan September 2025. Konteks waktu di sini sangat krusial; pada September lalu, harga Bitcoin sempat menyentuh kisaran US$115.000. Artinya, Strategy berhasil menahan diri saat harga memuncak (euphoria) dan masuk kembali dengan agresif saat harga terkoreksi sekitar 20-22% dari puncaknya.

Secara teknikal, level US$90.000 dianggap sebagai zona pertahanan bagi *bull market* siklus 2024-2025. Dengan masuknya volume pembelian sebesar hampir US$1 miliar dari satu entitas, ini menciptakan floor price atau harga dasar yang solid. Pasar merespons aksi ini dengan optimisme hati-hati. Hingga artikel ini ditulis, saham Strategy (MSTR) mengalami kenaikan sekitar 2 persen ke level US$183, mencerminkan kepercayaan investor bahwa pembelian ini akan bersifat akretif (menambah nilai) bagi pemegang saham dalam jangka panjang. Sementara itu, harga spot Bitcoin sendiri masih diperdagangkan di kisaran US$90.000 dengan pergerakan harga yang relatif stagnan, menunjukkan bahwa pasar sedang dalam fase konsolidasi atau akumulasi ulang sebelum menentukan arah tren selanjutnya.

Pembelian ini juga menegaskan tesis bahwa volatilitas Bitcoin adalah fitur, bukan bug, bagi investor berskala besar. Koreksi harga dari US$115.000 ke US$90.000 justru dimanfaatkan sebagai peluang emas untuk menurunkan rata-rata biaya pembelian atau meningkatkan jumlah kepemilikan aset dengan modal yang sama. Bagi Strategy, yang memiliki horison investasi "selamanya" (forever), fluktuasi harga jangka pendek tidak relevan dibandingkan dengan target akumulasi jumlah Bitcoin. Fokus mereka adalah pada kelangkaan absolut Bitcoin (maksimal 21 juta koin) dan depresiasi mata uang fiat yang terus berlanjut.

Selain itu, metrik "BTC Yield" sebesar 24,7% YTD (Year-to-Date) yang dipamerkan Saylor menjadi indikator kunci. Metrik ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam meningkatkan jumlah Bitcoin per lembar saham yang beredar. Selama angka ini positif dan tinggi, penerbitan saham baru untuk membeli Bitcoin dianggap menguntungkan bagi pemegang saham lama, karena dilusi saham diimbangi dengan pertumbuhan aset Bitcoin yang lebih cepat. Dengan yield 24,7%, Strategy secara efektif memberikan nilai tambah yang jauh melampaui inflasi ataupun imbal hasil obligasi pemerintah AS.


Tantangan dan Risiko di Balik Akumulasi Raksasa

Meskipun strategi agresif ini telah membawa keuntungan besar di atas kertas—dengan total nilai aset US$59,8 miliar berbanding biaya perolehan US$49,35 miliar—risiko yang dihadapi Strategy juga semakin membesar seiring dengan ukuran portofolionya. Memegang 660.624 Bitcoin berarti Strategy menguasai lebih dari 3% dari total suplai Bitcoin yang akan pernah ada (21 juta). Sentralisasi kepemilikan ini menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ini memberikan kekuatan pasar yang besar; di sisi lain, ini menciptakan risiko sistemik jika perusahaan terpaksa melikuidasi asetnya karena alasan regulasi atau krisis finansial internal.

Volatilitas pasar kripto yang ekstrem tetap menjadi ancaman utama. Jika Bitcoin mengalami bear market berkepanjangan dan harga jatuh di bawah harga rata-rata pembelian mereka (US$74.696), valuasi perusahaan bisa tergerus dengan cepat. Selain itu, ketergantungan pada pasar modal untuk pendanaan berarti Strategy sangat sensitif terhadap suku bunga The Fed dan selera risiko investor global. Jika pasar saham AS mengalami koreksi tajam, kemampuan Strategy untuk menerbitkan saham baru atau obligasi konversi bisa terhambat, yang pada gilirannya akan menghentikan mesin pembelian Bitcoin mereka.

Namun, manajemen Strategy tampaknya telah memitigasi risiko ini dengan struktur utang yang mayoritas berjangka panjang dan berbunga rendah, serta tidak adanya kewajiban margin call pada sebagian besar pinjaman mereka. Transformasi nama dari MicroStrategy menjadi "Strategy" juga menyiratkan evolusi identitas perusahaan menjadi entitas yang murni berfokus pada strategi aset digital, melepaskan diri dari citra perusahaan software intelligence semata. Mereka memposisikan diri sebagai jembatan bagi investor pasar modal tradisional untuk mendapatkan eksposur Bitcoin tanpa harus memegang aset itu sendiri secara langsung (self-custody).

Ke depannya, pasar akan terus memantau apakah Strategy akan terus mempertahankan laju pembelian ini jika harga Bitcoin kembali menembus US$100.000 atau bahkan mencetak rekor baru di atas US$120.000. Konsistensi Michael Saylor dalam membeli di harga berapa pun—baik saat harga rendah maupun saat memecahkan rekor—menjadi bukti komitmen ideologis perusahaan terhadap "Standar Bitcoin". Bagi para pemegang saham MSTR dan komunitas kripto global, aksi borong Rp16 triliun ini adalah validasi bahwa siklus bull run belum berakhir, dan pemain besar masih sangat lapar akan aset langka ini.


Kesimpulan: Dominasi Strategy di Ekosistem Kripto

Aksi pembelian 10.624 Bitcoin oleh Strategy di penghujung tahun 2025 ini bukan sekadar transaksi keuangan biasa; ini adalah pernyataan sikap. Dengan total kepemilikan mencapai 660.624 BTC, Strategy telah mengukuhkan dirinya sebagai "Bank Sentral Bitcoin" di sektor korporasi. Kemampuan mereka untuk memobilisasi modal sebesar Rp16 triliun dalam waktu singkat dan mengubahnya menjadi aset digital menunjukkan efisiensi dan keyakinan tingkat tinggi.

Bagi investor ritel, langkah ini memberikan dua pelajaran penting. Pertama, volatilitas harga adalah peluang bagi mereka yang memiliki keyakinan fundamental kuat. Kedua, adopsi institusional Bitcoin tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, melainkan berevolusi menjadi instrumen keuangan yang lebih kompleks dan terstruktur. Apakah harga Bitcoin akan kembali meroket melewati US$115.000 atau berkonsolidasi lebih lama, satu hal yang pasti: Strategy akan terus membeli, dan Michael Saylor akan terus menjadi evangelis terbesar bagi mata uang digital ini. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Strategy memilih untuk mempertaruhkan masa depannya pada algoritma matematika yang tidak bisa diubah, sebuah strategi yang sejauh ini terbukti sangat menguntungkan.

Jangan Ketinggalan Sinyal & Update!

Gabung dengan komunitas kami untuk mendapatkan analisa teknikal harian, berita crypto terbaru, dan peluang airdrop langsung ke HP kamu.

Tulis Komentar

Komentar

Tutup Iklan [x]